Membuat Materi Pelatihan K3 yang Efektif | Artikel ini dibuat oleh : Luki Tantra (Certified Professional Learning & Performance/ C.PLP, C.HRBP, C.HRM)
Associate Trainer for Safety & Soft skill Training. Aktif di Transafe Dharma Persada Group. Tersertifikasi Trainer dan Asesor BNSP dan telah menjadi narasumber materi persiapan puluhan kelas TOT BNSP.
Transafe Dharma Persada adalah pemilik brand yang menaungi Transafe Indonesia, TransWISH Indonesia, LSP Transafe serta beberapa brand/anak perusahaan lainnya.
Dalam kesempatan kali ini beliau akan sharing mengenai “Membuat Materi Pelatihan K3 yang Efektif“
Notes :
“Pada awalnya saya buat artikel ini untuk para Trainer Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) / Trainer HSE di perusahaan. Namun karena beberapa rekan mengatakan bahwa metode ini bisa digunakan untuk semua jenis training, maka saya bagikan di jurnal Digital Magazine – blog Haikal Rusli ini dengan sedikit penyesuaian”.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau di dalam bahasa inggris disebut HSE (Health Safety Environment) kadang juga SHE, HES atau bahkan berkembang menjadi HSSE (Health, Safety, Security,Environment). Dengan Semakin banyaknya tuntutan penerapan K3, semakin banyak juga trainer di bidang K3/HSE ini. Bahkan, Petugas HSE di jaman kompetitif ini juga diminta untuk melakukan internal training / sharing session di dalam perusahaan.
Salah satu kesulitan atau tantangan yang dihadapi para trainer HSE (Dan trainer dari beberapa materi yang lainnya) adalah tipe peserta yang dihadapi memiliki karakteristik yang khas. Peserta tidak memiliki waktu yang lama untuk stay di dalam kelas. Para Peserta ini harus segera kembali ke lapangan untuk menjadi produktif dan mengejar target laporan.
Akibatnya? Materi dari sang trainer jadi kurang luas, kurang dalam dan terkesan loncat loncat.
Apa yang terjadi kemudian? Peserta training jadi tidak merasa mendapat informasi yang utuh dari sebuah materi. Pada akhirnya, jika ada peserta training yang “tertangkap” di lapangan melakukan pelanggaran K3, mereka akan berkilah bahwa hal ini tidak diajarkan/ terlepas dari materi yang pernah diajarkan kepadanya di dalam kelas.
Pada akhirnya, HSE/Trainer tersebut dianggap lalai atau tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya sebagai trainer.
Solusi
Salah satu cara yang biasa saya bagikan dalam training of trainer sertifikasi BNSP / TOT BNSP di Transwish Indonesia adalah menggunakan metode 5W1H. 5W1H itu adalah akronim yang berisi What, Who, When, Where, Why dan How.
Tentu, ini bukanlah istilah baru dan sudah dilakukan di berbagai bidang seperti manajemen perusahaan, identifikasi masalah, investigasi Insiden K3, Pengumpulan informasi oleh kepolisian dan sebagainya.
PENERAPAN 5W1H DALAM PEMBUATAN MATERI TRAINING
Dalam pembuatan suatu Materi sebaiknya mencantumkan informasi mengikuti metode / pola 5W1H agar materi terasa lengkap dan tidak meloncat- loncat.
WHAT
What diterjemahkan menjadi “Apa”. Gunakan What ini untuk menjelaskan atau mengupas semua sisi dari materi itu dari sisi kebendaan. Gunakan Pertanyaan dari What ini.
Misalnya, kita akan membuat materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perancah / scaffolding. Yang berkaitan dari what dengan scaffolding ini bisa banyak, misalnya:
- Apa itu Scaffolding
- Apa Saja bahan Pembuat Scaffolding
- Apa saja jenis-jenis scaffolding
- Apa saja kecelakaan yang sering terjadi di Scaffolding?
- Apa syrat bekerja di Scaffolding?
Maka dari contoh di atas, misalnya. Maka materi Scaffolding ini minimal membahas 5 materi di atas. Tentu saja bisa dikembangkan lagi sesuai materi yang akan kembangkan.
Contoh lain, misalnya untuk menggunakan materi Pelatihan Dasar Coaching adalah
- Apa itu Coaching?
- Apa saja jenis jenis Coaching?
- Apa Bedanya Coaching dengan Counseling dan Mentoring?
- Apa Syarat Menjadi Seorang Coach?
- Apa sertifikasi Coaching yang harus diambil?
Nah dari sisi What, silahkan dikembangkan lagi, maka setidaknya 5 hal di atas tercantum dalam materi Coaching yang akan Anda bawakan.
WHY
Dalam membuat materi pelatihan k3. Sesi Why (atau Kenapa) menurut saya adalah yang paling penting. Dia dapat menjawab pertanyaan dasar seorang trainee/peserta, mengapa mereka harus ada di kelas dan mengikuti kegiatan ini.
Pengembangan materi ini dapat kita lakukan dari menanyakan pertanyaan-pertanyaan why. Misalnya:
- Kenapa K3 Scaffolding ini penting ?
- Kenapa Sering terjadi Kecelakaan pada saat bekerja dengan scaffolding ?
- Kenapa saya harus mendapatkan lisensi scaffolding dari Kemnaker / Sertifikasi dari BNSP ?
Maka dari contoh di atas, misalnya. Maka materi Scaffolding ini minimal dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
Untuk Bidang lain kita coba kembali dengan Coaching, misalnya:
- Kenapa Coaching harus dilakukan ?
- Kenapa Hasil coaching ini harus didokumentasikan dengan baik?
- Kenapa Coaching harus dilakukan pada kejadian ini? kenapa bukan Mentoring atau Counseling?
Silahkan kembangkan dengan materi yang Anda miliki Sendiri.
WHO
Dalam membuat materi pelatihan k3. Who adalah salah satu pertanyaan yang krusial. Ini menunjukkan orang terkait atau pihak yang bertanggung jawab terhadap sesuatu.
Bentuk pertanyaannya bisa mengembangkan sebuah materi menjadi lengkap dan dalam. Pertanyaan daari sisi Who misalnya
- Siapa yang boleh mendirikan Scaffolding ?
- Siapa yang boleh bekerja di atas Scaffolding?
- Siapa yang boleh membongkar Scaffolding ?
- Siapa yang dapat memberi izin Scaffolding bisa digunakan ?
- Siapa yang bertanggung jawab kepada keamanan bangunan Scaffolding ?
Maka dari contoh di atas, misalnya. Maka materi Scaffolding ini minimal dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
Sekarang mari kita coba kembali dengan materi Coaching:
- Siapa yang dinyatakan harus mengikuti program Coaching?
- Siapa yang berhak melakukan Coaching?
- Siapa yang menyimpan dokumentasi Coaching?
- Siapa yang dapat mengakses dokumentasi Coaching?
- Siapa yang berhak menyatakan sesi coaching selesai / tidak perlu dilanjutkan lagi?
Silahkan kembangkan dengan materi yang Anda miliki Sendiri untuk pertanyaan WHO ini..
WHEN
Dalam membuat materi pelatihan k3. Pertanyaan when ini penting untuk mengidentifikasi saat yang tepat atau menunjukkan waktu. Pertanyan-pertanyaan yang harus terjawab antara lain, misalnya:
- Kapan scaffolding dipasang/dibangun ?
- Kapan Sebaiknya scaffolding digunakan ?
- Kapan scaffolding dibongkar ?
- Kapan scaffolding tidak diperbolehkan dipasang ?
Atau Jika pakai contoh Training di bidang softskill, misalnya
- Kapan Kita melakukan Coaching, Counseling atau Mentoring ?
- Kapan Coaching dilakukan ?
- Kapan Coaching Dihentikan ?
- Kapan Waktu yang tepat memulai coaching ?
- Kapan waktu yang salah untuk memulai Coaching ?
Silahkan Coba perdalam materi Anda dengan pertanyaan-pertanyaan When ini.
WHERE
Dalam membuat materi pelatihan k3. Pertanyaan Where menunjukkan lokasi atau tempat. Dalam hal ini, sering standard operation procedure dapat memperkuat materi Anda di titik-titik yang krusial. Pertanyaan ini misalnya:
- Dimana Scaffolding Dipasang
- Dimana Menyimpan Peralatan Scaffolding (Sesuai SOP) ?
- Dimana tempat mengambil alat pelindung diri ?
- Dimana menyimpan Alat Pelindung diri ?
Atau jika mengambil contoh pelatihan lain
- Dimana Coaching dilakukan
- Dimana Perlengkapan coaching harus dikembalikan?
- Dimana Catatan Hasil Coaching / Counseling disimpan ?
Dari Contoh di atas, silahkan kembangkan materi Anda. Untuk eksperimen, gunakan brainstorming dengan rekan sesame trainer/instruktur untuk mengembangkan pertanyaan dan jawaban.
Sebagai Catatan tambahan, dalam investigasi kejadian yang lazim oleh rekan kepolisian, 5W1H adalah bagian dari Pulbaket (Pengumpulan Bahan/barang bukti dan keterangan) dan istilah yang dipakai lebih lazim adalah SIDIABABI (Siapa, Dimana, Apa, Bagaimana dan BIlamana).
Demikian sharing dari saya, tentang Membuat materi pelatihan K3 yang efektif. Semoga berguna untuk pembaca blog Haikal Rusli. Jika bermanfaat silahkan sebarkan link artikel ini kepada teman-teman Anda agar mereka mendapatkan manfaat yang sama dengan Anda.
2 Komentar